6 Juli 2024

TRAVEL UPDATE

 

Jangan salah, 

Di London pun Banyak Copet Beraksi

 

Salah satu sudut Istana Westminster


https://visi.news/jangan-salah-di-london-pun-banyak-copet-beraksi/ 

       

        Memasuki Kota London, Inggris, pada musim semi menuju musim panas antara Mei menuju Juni 2024, cuaca lebih bersahabat. Masyarakat tampak antusias untuk beraktivitas di luar rumah. Pusat Kota London seperti taman di sekitar Istana Buckingham, kawasan London Bridge, Big Ban dan ruang publik di pusat Kota London sangat ramai. Ini seperti membalas musim dingin saat udara mamaksa masyarakat lebih banyak beraktivitas di dalam rumah.

        Aktivitas masyarakat yang tumpah-ruah di ruang-ruang publik kota London menjadi pemandangan lumrah bahwa aktivitas masyarakat di luar rumah semakin bergairah. Apalagi cuaca di musim semi cukup bersahabat, berkisar antara 9-21 derajat celcius. Dan pada musim semi menuju musim panas inilah wisatawan banyak datang ke Kota London untuk menikmati perjalanan sejarah peradabannya yang sangat panjang.

        Kota London sangat menarik untuk dikunjungi. Banyak episode sejarah yang bisa dipelajari dari negara besar yang maju dari sisi peradaban, kemajuan teknologi dan tentu saja pendidikannya ini. Karena itu wajar saja jika di musim semi menuju panas ini kunjungan wisatawan meningkat. Para wisatawan tumplek ke pusat kota London untuk sight seeing, belanja atau foto-foto untuk mengabadikan momen itu dengan cara selfie ataupun berjamaah.

        Rupanya, ada saja yang mengail di air keruh, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Puncak kunjungan wisatawan ke Kota London seringkali dimanfaatkan oleh “si tangan jahil” untuk melancarkan aksinya. Para pencopet, ternyata bukan hanya di Pasar Tanah Abang Jakarta atau di Pasar Baru Bandung saja yang suka beraksi menguntit dompet pengunjung, di London pun sama.

        “Kemarin baru kejadian, seorang pejabat BUMN Indonesia yang datang ke sini, kaget setelah keluar dari outlet abis belanja, uangnya hilang 200 pound,” kata pemandu wisata kami, Susilo, menceritakan. Yang mencengangkan, uang itu hilang tanpa mengambil dompet dan kartu-kartu penting di dalamnya. Jadi si pencopet hanya mengambil uang dan tidak dengan dompet dan isi lainnya.

“Jadi dia ambil dompetnya, kuras isinya, dan kemudian dompetnya dikembalikan lagi tanpa ketahuan si pemiliknya! Luar biasa kan? Di Indonesia juga mungkin belum ada pencopet yang secanggih itu,” ujar Susilo seraya tertawa dan membuat kami yang mendengar geleng-geleng kepala.

Kenapa tamu dari Indonesia atau Asia pada umumnya lebih sering menjadi sasaran pencopet. Rupanya para pencopet di negara Pangeran Charles ini sudah mempelajari profiling calon korbannya. Jadi wisatawan asal Asia termasuk Indonesia gemar membawa uang cash yang banyak. Dan uang cash ini selalu ditenteng ke mana-mana karena mereka gemar berbelanja.

Ini berbeda dengan profiling wisatawan Eropa yang malas membawa uang cash. Mereka kemana-mana lebih sering membawa kartu kredit atau kartu debet. Aman dari sisi pencurian sebab apabila kartunya dicopet mereka tinggal blokir. Dan para pencopet juga tahu bahwa sulit untuk menikmati hasil copetan kartu kredit atau kartu debit. Jadi yang cash sajalah.

Nah karena itulah seringkali kasus pencopetan dialami oleh wisatawan Asia, termasuk Indonesia. Lantas apakah sistem keamanan di London sebegitu rapuhkah? “Ketika orang datang berjubel, lantas ada satu dua orang yang mencopet ya tidak akan terdeteksi. CCTV tidak bisa memantau, dan aparat keamanan di ruang-ruang public juga tidak bisa mengawasi sedetail itu,” ujar Susilo.

Para wisatawan acap berkumpul di sekitar Big Ban

Karena itulah, yang dia sarankan kepada setiap wisatawan yang sedang berada di London untuk meningkatkan kewaspadaan. Jangan abai dengan barang bawaan saat beraktivitas di ruang publik seperti belanja atau selfie. Usahakan juga jangan membawa uang cash terlalu banyak. Bawa uang cash secukupnya. Lebih baik bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit atau kartu debit.

Kemudian yang menjadi pertanyaan, siapa sebenarnya para pelaku pencopetan yang sangat lihai dalam menjalankan aksinya itu. Susilo tidak menuduh, tapi seringkali imigran dari Eropa Timur seperti Rumania, Bulgaria dll seringkali menjadi pelaku kejahatan karena kalah bersaing secara ekonomi dengan para imigran dari IPB atau India, Pakistan dan Bangladesh.

Para imigran dari Eropa Timur seringkali datang ke Eropa Barat seperti Inggris untuk mengadu nasib. Namun seringkali juga apa yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Maka ketika ekonomi melambat pasca Covid-19, pukulannya terasa bagi mereka yang berpengasilan pas-pasan. Mereka terpukul dengan kenaikan inflasi yang tinggi sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang semakin melonjak mereka memanfaatkan kedatangan para wisatawan untuk nyolong dompet alias nyopet. (bersambung)

 

 

Lanjutan…

https://visi.news/keturunan-ipb-pegang-peran-kunci-di-pemerintahan-inggris-potensi-friksi-meningkat/

Seperti sudah disinggung pada tulisan sebelumnya, dominasi IPB atau imigran keturunan India, Pakistan dan Bangladesh di Inggris tidak hanya meliputi wilayah ekonomi tetapi juga politik. Buktinya Perdana Menteri Inggris saat ini Rishi Sunak adalah politikus Inggris keturunan India.

Bahkan Walikota London Sadiq Khan juga merupakan politikus keturunan Pakistan. Ini menunjukkan bahwa dominasi IPB sangat kuat di Inggris dan rata-rata generasi kedua dan ketiga mereka sudah bisa memegang tampuk kekuasaan pemerintah.


Di depan Istana Buckingham

Apa yang membuat IPB begitu dominan di Inggris? Yang pertama tentu saja dominasi ekonomi IPB yang sudah sedemikian kuat di Inggris. Banyak politisi IPB berasal dari latar belakang keluarga yang kuat secara finansial, termasuk Sunak yang memiliki mertua konglomerat.

Berikutnya tentu saja adanya dukungan manajerial yang baik. Sunak adalah lulusan Oxford, kampus paling prestisius di Inggris, sehingga secara intelektual dan manajerial Sunak memiliki kapasitas untuk memimpin Inggris.

Maka tidak mengherankan jika dominasi IPB di Inggris begitu kuat sebab secara struktur ekonomi maupun politik sudah banyak imigran keturunan IPB yang memegang peranan-peranan kunci di Pemerintahan Inggris.

Satu sisi, sebagaimana negara dengan tingkat multikulturalisme yang tinggi, Inggris tentu saja bisa dikatakan berhasil menghidupkan semua perbedaan berlatar belakang suku, agama, ras dan etnis dengan tidak membiarkan lahirnya dominasi kulit putih.

Namun di sisi lain juga muncul kekhawatiran bahwa gelombang imigran dari Asia timur yang semakin besar tidak hanya akan menambah jumlah penduduk keturunan IPB di Inggris, melainkan juga meningkatkan pemeluk agama Hindu dan Islam, yang akan menyaingi dominasi jumlah pemeluk agama Kristen di Inggris.

Bahkan di London, karena Walikota Sadiq Khan adalah imigran keturunan Pakistan yang beragama Islam, maka dia membuka acara-acara berbuka puasa bersama di ruang publik, sesuatu yang jarang terjadi di negara sekuler yang menutup identitas keagamaan di wilayah umum.

Selama Sadiq Khan menjabat Walikota London, dia membebaskan semua warga Muslim melakukan buka puasa bersama di restaurant, taman kota, sampai stadion sepakbola. Dan pada akhirnya yang mengikuti acara buka puasa bersama ini tidak hanya umat Islam tetapi juga warga Kristen.

Tentu saja hal ini positif dalam konteks pengenalan terhadap agama Islam sebab dengan begitu banyak warga Kristen Inggris yang mulai menyadari bahwa warga Muslim adalah umat beragama yang damai dan tidak radikal atau gemar melakukan kekerasan sebagaimana stereotype yang dilekatkan oleh media-media Barat bahwa Islam identik dengan teroris.

Meski begitu tentu saja ada kekhawatiran bahwa meningkatnya jumlah penganut agama Islam dan Hindu di London khususnya dan Inggris pada umumya akan menimbulkan friksi di tengah masyarakat karena akan ada penolakan dari kelompok agama Kristen yang akan kehilangan dominasinya di Inggris. (bersambung)

 

 

Lanjutan..

https://visi.news/pemeluk-islam-di-inggris-meningkat-kebutuhan-produk-halal-juga-melonjak/

        Seiring dengan meningkatnya jumlah pemeluk agama Islam di Inggris, yang ditandai dengan semakin terbukanya simbol atau identitas Islam di ruang publik, kesadaran atau lebih tepatnya kebutuhan akan produk-produk halal juga meningkat. Kebutuhan itu tercermin dari permintaan akan sertifikasi halal untuk produk-produk makanan dan olahan yang dikonsumsi oleh warga Muslim di Inggris maupun yang diekspor ke luar Inggris, termasuk Indonesia.

        Saat ini tidak sulit untuk mencari makanan di restaurant yang berlabel “Halal”, baik rumah makan asal negara-negara Timur Tengah, Malaysia, bahkan Indonesia. Rumah makan khas Indonesia bisa dijumpai di sejumlah titik di Kota London, seperti rumah makan Padang “Pino’s Warung” di Camden Market London atau rumah makan Bali-bali di China Town London yang menjajakan bakso, karedok dan sejenisnya.

        Menurut Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama RI, Muhammad Aqil Irham, permintaan akan serfikasi halal untuk produk-produk makanan di Inggris memang semakin banyak. Namun untuk memberikan sertifikasi halal bagi produk-produk dari Inggris yang diekspor ke Indonesia, maka BPJPH perlu melakukan pengawasan lapangan.

        Saat ini setidaknya ada 8 Lembaga Penyedia Halal Luar Negeri (LPHN) di Inggris yang bertugas melakukan pengawasan terhadap produk-produk makanan dan olahan yang akan mendapat sertifikasi halal. Aksesor dari pihak ketiga seperti pakar dan akademisi tidak hanya melakukan penialaian secara teknis melainkan juga secara syariah.

        Kepala urusan kerjasama luar negeri BPJPH Nina Sutrisno juga mengakui bahwa kini tidak sulit untuk mencari makanan halal di London. Banyak tempat makan yang sekalipun merupakan penyedia makanan Eropa seperti Pizza, memilih untuk mengolah secara syariah produknya dengan menyematkan kata “Halal” demi keamanan dan kenyamanan pembelinya yang beragama Islam.

Pemandangan di London Eye

        Untuk memastikan produk makanan atau olahan yang dihasilkan produsen benar-benar halal, BPJPH melalui LPHN secara rutin melakukan pengawasan. Pengawasan itu dilakukan agar produk yang dihasilkan tidak hanya halal tetapi juga toyib. “Makanan yang tidak halal itu tidak berarti hanya daging babi atau anjing. Daging sapi atau kambing pun kalau disembelih tidak sesuai syariat Islam berarti tidak halal, atau setidaknya tidak toyib,” kata Direktur Teknis Organisasi Sertifikasi Halal (HCO), Amer Rashid.

        Dia pun lantas menunjukkan proses pemotongan kambing di Birmingham yang dilakukan secara syariah. Hewan dipelihara dengan baik sejak lahir, mendapat asupan gizi yang alami serta dijauhkan dari kontak dengan manusia, untuk kemudian disembelih dan diolah dengan menganut prinsip syariah Islam dan dikemas secara rapih untuk dikonsumsi oleh umat Islam di Inggris ataupun diekspor ke negara-negara Islam di Timur Tengah termasuk juga Indonesia.

        Industri halal memang menjadi keniscayaan di tengah meningkatnya jumlah pemeluk agama Islam di Inggris, sebab ketika penduduk Muslim meningkat sudah tentu kebutuhan akan produk-produk makanan yang sesuai dengan syariat Islam juga melonjak. Kebutuhan akan produk halal ini bahkan melulu hanya berurusan dengan makanan melainkan juga dengan gaya hidup.

        Dalam kunjungan ke Birmingham, warga Muslim atau Muslimah yang menggunakan gamis atau hijab juga banyak di ruang-ruang publik. Bahkan Muslimah yang menggunakan cadar pun ada, dan itu semakin dianggap sebagai sesuatu yang lumrah saja sehingga tidak perlu dicurigai atau memicu kekhawatiran atau bahkan ketakutan. (bersambung)

 

 

Lanjutan..

https://visi.news/menikmati-masakan-balibali-restaurant-milik-esti-wanita-asal-tasik-di-pecinan-london/

        Bagi penduduk Muslim Indonesia, kebutuhan makan tentu saja bukan hanya halal tetapi juga harus bercita rasa Nusantara. Dan itu dijawab oleh para perantau asal Indonesia yang mengadu nasib di London. Mereka sadar bahwa kerinduan makanan khas Nusantara tidak akan pudar bagi warga Indonesia yang sedang berada di Inggris, sehingga pun membuka warung bercita rasa Nusantara.

        Adalah Esti pemilik restaurant Bali-Bali di kawasan Pecinan London yang berani membuka rumah makan khas Indonesia bersertifikasi halal. Dia menyediakan nasi goreng, soto, karedok, bakso, tempe, dan makanan khas Indonesia lainnya. “Pokoknya dijamin halal pak karena produknya kami olah sendiri,” ujar perempuan asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini.

        Setiap hari dia membuka rumah makannya dari pukul 10 hingga 22 waktu London. Tamunya tidak hanya warga Indonesia, Malaysia, atau Asia, melainkan juga bule-bule dari berbagai negara Eropa. Mereka biasanya rindu dengan makanan Indonesia, tetapi ada juga yang karena penasaran sehingga ingin mencicipi olahan makanan di Bali-bali ini.

        Saat mencicipi makanan khas Indonesia seperti bakso, soto, dan sejenisnya, bisa dikatakan rasanya otentik dengan makanan serupa di Indonesia. Itu karena chef atau juru masak di rumah makan ini orang Indonesia. Jadi mereka bisa menjaga cita rasa Indonesia sebagaimana makanan yang biasa dijajakan di Indonesia.

        Mencicipi makanan-makanan di Bali-bali Restaurant akan mampu mengobati kerinduan terhadap makanan di Indonesia. Apalagi selama berada di London, hotel-hotel biasanya tidak menyediakan nasi, yang menjadi menu utama makanan orang Indonesia. Mereka hanya menyajikan kentang, sosis atau daging yang kadang kehalalannya dipertanyakan—bahkan sebagian langsung menuliskan pork atau babi.

        Itulah kenapa Bali-bali Restaurant menjadi tempat warga Indonesia khususnya yang mencari makanan bercitarasa Nusantara dan halal. Tempatnya memang tidak terlalu luas, tetapi cukup memadai untuk menampung sekitar 50 orang. Dan yang menyenangkan tentu saja kalau makan di restaurant Indonesia adalah kemudahan untuk berkomunikasi, mengobrol sampai meminta menu andalan.

        Selain Bali-bali Restaurant, ada juga Pino’s Warung di Camden Market London. Pemiliknya adalah Albert Sinaga. Dia juga sama menjajakan makanan Indonesia seperti nasi Padang, soto dan gorengan. Warung makan ini juga sama menjanjikan citarasa Indonesia dan tentu saja halal.

        Mencicipi nasi Padang di Pino’s Warung sepertinya tidak akan jauh berbeda dengan mencicipi nasi Padang di warung-warung Padang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kuahnya melimpah, sambalnya pedas, dan rendangnya pun lekat dengan rempah. Per porsi diharagai £12 atau setara dengan Rp243ribu. Memang mahal kalau dibandingkan dengan rumah makan Padang di Indonesia, tapi worth it lah kalau untuk standar makanan di London.

        Nah yang agak sulit makan di tempat makan di London ini adalah tempat parkir. Berbeda dengan di Indonesia di mana rumah makan menyediakan tempat parkir yang luas dan nyaman, kalau di London karena keterbatasan tempat maka tidak ada tempat parkir atau kalaupun harus parkir jauh sekali tempatnya.

        Di Bali-bali Restaurant, yang letaknya persis di 150 Shaftesbury Ave London, tidak ada tempat parkir. Kalau bawa mobil berarti Anda harus di drop off di pinggir jalan depan restaurant dan mobil mencari parkir di tempat yang luas. Tapi kalau Anda tidak punya sopir sendiri berarti Anda parkir di tempat luas dan berjalan kaki ke Bali-bali.

        Begitu juga kalau Anda makan di Pino’s Warung, Anda harus parkir di pinggir pasar Camden, kemudian berjalan kaki menyusuri hiruk-pikuk pasar sampai Anda menemukan Pino’s Warung di salah satu kios. Tapi inshaa Allah perjuangan mencari tempat makan yang halal dan bercitarasa Nusantara akan terbayar saat Anda saat mencicipi makanan di Pino’s Warung. Sekian! (habis)

Dipotret dulu di KBRI London

Tidak ada komentar: