Tips Mudah dan MurahUntuk Berhenti Merokok (4)
Saya memiliki cara-cara jitu untuk menghentikan kebiasaan merokok. Caranya sederhana saja, yakni menumbuhkan tekad yang kuat dan dukungan dari orang-orang terdekat untuk berhenti merokok. Hasilnya, alhamdulillah sudah 15 tahun ini saya bisa mengatakan, “good bye rokok...”
Berhenti merokok tidak memerlukan cara yang macam-macam. Untuk mudahnya saya akan menjelaskan tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1. Niat
Yang pertama adalah niat. Untuk melakukan sesuatu diperlukan niat. Dan jika sesuatu ingin berhasil, tentu niatnya harus kuat. Begitu juga jika Anda memiliki keinginan untuk berhenti merokok, keinginan itu tidak boleh setengah-setengah. Kalau setengah-setengah, pasti tidak akan berhasil. Niat yang kuat adalah modal untuk mencapai suatu tujuan, sesulit apapun tujuan tersebut.
Jadi segera niatkan diri Anda untuk berhenti merokok. Jika Anda mulai tergoda untuk merokok, ingatkan diri Anda bahwa Anda ingin berhenti merokok. Jika Anda tak kuasa untuk merokok, Anda harus menyesal bahwa Anda telah mempermainkan niat Anda untuk bergenti merokok. Dengan demikian Anda akan segera mematikan asap rokok dan kembali meniatkan diri untuk berhenti merokok.
Niat ini bisa saja diikrarkan dalam hati Anda atau diumumkan kepada orang-orang terdekat Anda. Dengan begitu, jika Anda melanggar niat itu maka Anda akan malu kepada diri Anda sendiri. Bahkan apabila orang-orang terdekat Anda mengetahui bahwa Anda ternyata mengingkari niat Anda, maka Anda akan menjadi bahan olok-olokan atau tertawaan mereka.
Jika Anda diolok-olok lantaran melanggar niat Anda sendiri untuk berhenti merokok, Anda seharusnya beruntung sebab hal itu bisa menjadi motivasi bagi Anda sendiri untuk benar-benar berhenti merokok. Jadi sudah selayaknya Anda berterima kasih kepada mereka yang mengolok-olok Anda itu sebab mereka telah mendorong Anda untuk berhenti merokok.
Niat ini memang tidak bisa datang secara tiba-tiba. Anda harus memiliki dorongan yang kuat untuk melahirkan niat tersebut. Minimal Anda harus melakukan refleksi, mengoleksi berbagai argumentasi sehingga Anda bisa meyakinkan diri Anda sendiri bahwa berhenti merokok adalah pilihan yang tepat bagi Anda.
Jika niat berhenti merokok sudah tebersit, Anda harus memupuknya hingga menjadi tekad yang kuat. Dengan tekad yang kuat, Anda akan memiliki dorongan untuk mengambil keputusan berhenti merokok. Jangan takut jika gagal, sebab kata orang bijak, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Oleh sebab itu, jika sudah ada niat untuk berhenti merokok, peliharalah terus niat tersebut. Perkuat terus niat itu hingga Anda berani menghentikan kebiasaan merokok. Keberanian untuk berhenti merokok, meskipun baru sebatas niat, adalah modal awal untuk menghilangkan ketergantungan terhadap rokok.
Godaan yang paling kuat saat Anda membulatkan niat untuk berhenti merokok adalah pesimisme yang menguasai alam pikiran Anda. Anda akan diliputi perasaan tidak akan mampu berhenti merokok sebab selama ini rokok telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup Anda.
Tenang saja. Jangan bebani diri Anda dengan rasa pesimisme yang berlebihan. Lebih baik Anda bersikap optimistis. Anda bayangkan teman, saudara atau siapapun orang yang Anda kenal tetapi tidak merokok. Anda yakinkan diri Anda, kalau mereka bisa berhenti merokok, kenapa Anda tidak?!
Rasa pesimisme yang berlebihan memang akan memudahkan atau menggelincirkan Anda pada kegagalan. Maka itu, yang pertama-tama kali harus Anda lakukan adalah melawan atau mengalahkan rasa pesimisme itu dengan rasa optimisme.
Caranya, Anda harus mampu membulatkan niat dan tekad untuk berhenti merokok. Dengan niat dan tekad yang bulat, Anda tidak lagi memiliki alasan untuk mundur. Anda harus mampu meyakinkan diri Anda sendiri bahwa Anda bisa berhenti merokok.
Lawan terus perasaan pesimis dengan optimis. Ketika Anda membayangkan bahwa diri Anda tidak akan mampu meninggalkan rokok pada momentum-momentum tertentu di mana Anda biasa tergantung pada asap rokok, kali ini Anda harus mengatakan: “Tidak!”
Jangan takut bahwa ketika Anda menjalani atau memasuki satu situasi tertentu di mana Anda biasa merokok dan kali ini Anda tidak merokok lantas situasi itu akan menyiksa Anda. Jangan. Yakinkan lagi diri Anda bahwa situasi seperti itu biasa dilewati oleh orang-orang yang tidak merokok. Dan itu tidak menjadi masalah.
Taruhlah kebiasaan Anda merokok dilakukan pada saat kongkow dengan teman-teman. Aktivitas seperti itu biasanya memang ditandai dengan merokok. Alasannya biar lebih seru. Padahal sebetulnya bukan rokok yang membuat pembicaraan menjadi ramai. Persoalannya lebih pada kebiasaan mereka sendiri yang senantiasa merokok sambil ber-kongkow ria.
Toh, kalau Anda kreatif, pembicaraan menarik itu terletak pada tema apa yang sedang Anda bicarakan. Jika tema pembicaraannya menarik, percayalah, tanpa ada kepulan asap rokok pun pembicaraan itu akan tetap seru. Menarik.
Baiklah jika selama ini Anda hanya memahami pembicaraan seru itu senantiasa diwarnai dengan kepulan asap rokok, Anda seharusnya segera menyadari bahwa Anda memiliki pemahaman yang keliru. Anda lihat saja, talk show favorit seperti Oprah Winfrey ataupun Kick Andy tidak harus diselingi dengan acara merokok. Kenapa? Karena tema pembicaraannya menarik!
Jadi, sekali lagi, Anda jangan terjebak pada kebiasaan atau ketidakmampuan Anda untuk mengatasi satu situasi dengan asap rokok. Memang untuk memasuki situasi baru, misalnya sebelumnya merokok kemudian tidak merokok, akan melahirkan keengganan atau setidaknya kecanggungan.
Namun, Anda harus kembali menguatkan niat Anda untuk berhenti merokok. Bahwa berhenti merokok artinya adalah Anda harus berani mengatasi situasi-situasi yang baru, mengalahkan pesimisme dengan optimisme, dan yang terpenting lagi harus berhasil melawan godaan untuk merokok.
Artinya, jika Anda masih enggan atau merasa ragu untuk menghadapi situasi baru tersebut, Anda sama saja dengan menyerah sebelum perang. Meminjam istilah Tentara Nasional Indonesia (TNI), keragu-raguan adalah setengah kekalahan. Itu berarti jika seorang prajurit TNI pergi ke medan perang dengan perasaan ragu-ragu, 50 persen dia sudah kalah.
Nah, Anda tidak boleh begitu. Anda tidak boleh ragu menghadapi situasi baru tersebut. Anda harus yakin bahwa Anda bisa mengatasinya. “Kalau orang lain bisa, kenapa kita enggak bisa,” kira-kira begitulah slogan mujarab untuk membunuh keragu-raguan. Toh, orang lain juga sama-sama makan nasi seperti kita he-he..
Jika Anda sudah berhasil mengatasi persaaan ragu, canggung dan segala bentuk ketidaknyamanan lainnya, berarti Anda sudah mampu melangkah dengan tepat. Tugas Anda berikutnya adalah nyalakan terus niat dan tekad untuk berhenti merokok itu, jangan pernah padam!
2. Sadari Bahaya Rokok
Kesadaran mengenai bahaya merokok akan membersitkan keinginan untuk berhenti merokok. Keinginan ini bisa menambah kuat niat Anda untuk berhenti merokok. Ingat selalu betapa besar kerugian yang tiap hari ditanggung oleh para perokok.
Kecanduan merokok memaksa setiap perokok akan memprioritaskan uangnya untuk membeli rokok. Dia tidak akan peduli pada kesehatan, sekalipun merokok merupakan aktivitas yang dapat memicu penyakit mematikan. Dan dia juga tidak akan peduli pada persoalan ekonomi, sekalipun pandemi Covid-19 telah mengakibatkan banyak orang kehilangan atau setidaknya kekurangan pendapatan.
Karena itu, kesadaran akan bahaya rokok harus senantiasa dihidupkan agar Anda bisa terus tersadar bahwa merokok merupakan kebiasaan yang merugikan, baik dari aspek kesehatan maupun ekonomi. Jadi kalau Anda ingin sehat dan hemat, berhentilah merokok.
Terlalu besar risiko kesehatan dan juga beban ekonomi yang harus Anda tanggung hanya untuk mempertahankan kebiasaan merokok. Anda tidak memiliki waktu yang panjang untuk menimbang antara keinginan untuk merokok atau berhenti merokok.
Anda harus segera memutuskan, take it or leave it. Take it artinya Anda mengambil risiko kesehatan dan ekonomi yang buruk hanya untuk meracuni otak Anda dengan candu nikotin. Atau Anda memilih leave it yakni Anda meninggalkan kenikmatan merokok dengan investasi kesehatan dan ekonomi yang jauh lebih besar.
Semakin lama Anda mengambil keputusan maka akan semakin lama pula Anda terbelenggu dalam kepulan asap rokok. Maka, jika Anda menyayangi tubuh, kesehatan dan dompet Anda, segera tinggalkan rokok. Meminjam pantun Pak JK: ikan sepat, ikan gabus. Lebih cepat, lebih bagus ha-ha..
3. Ingin Hidup Sehat
Saya adalah anak dari seorang ayah yang perokok berat. Beliau meninggal dunia akibat rokok. Ini menjadi pukulan tersendiri bagi saya untuk segera berhenti merokok. Memang memiliki ayah seorang perokok adalah satu keniscayaan untuk juga menjadi perokok. Sebab di usia belia saya sudah berani merokok dengan alasan ayah juga merokok.
Selain itu, seorang ayah yang merokok biasanya akan sulit untuk melarang anaknya agar tidak merokok. Karena bagaimana mungkin meminta anak tidak merokok sementara dia sendiri merokok. Ini adalah dilema bagi keluarga yang orang tuanya merokok.
Terlebih, selama hidupnya ibu saya juga senantiasa menasihati anak-anaknya agar tidak merokok. Ibu, sebagai istri dari seorang perokok, merasakan bagaimana risiko kesehatan dan ekonomi senantiasa tergerogoti keluarganya.
Dengan kenyataan bahwa rokok secara tidak langsung telah merenggut nyawa ayah saya, dan gangguan kesehatan juga dialami ibu saya sebagai perokok pasif, maka diam-diam saya mulai membenci rokok. Tidak dendam, tetapi saya tidak ingin lagi berkompromi dengan rokok.
Anda tidak perlu membenci perokok, penjual rokok, apalagi petani tembakau, yang hidupnya jelas tergantung pada bisnis rokok. Anda cukup menyadari bahwa Anda tidak mau menderita karena rokok. Oleh karena itu Anda harus mengingatkan orang-orang yang Anda cintai agar mereka tidak terpapar asap rokok.
Dengan memiliki kesadaran seperti ini, Anda akan semakin mantap untuk menjalani pola hidup yang sehat, sekalipun masih memiliki pola makan yang tak beraturan atau jarang berolahraga. Minimal, dengan tidak merokok berarti Anda sudah meninggalkan satu potensi penyakit yang siap merenggut nyawa Anda!
4. Sayangi Keluarga
Cerita ini lebih bersifat kebetulan. Sewaktu saya tengah memantapkan niat yang kuat untuk berhenti merokok, istri saya memberi kabar yang mengejutkan bahwa temannya yang bersuamikan seorang perokok meninggal akibat kanker paru-paru.
Setelah itu, istri saya selalu membayangkan bagaimana rasanya jika harus mengalami kejadian yang menimpa temannya: ditinggal suami, mengurus anak sendiri, dan yang pasti tidak ada tunjangan atau asuransi setelah meninggalnya sang suami.
Kesadaran akan tanggung jawab sebagai seorang suami, yakni menafkahi istri dan membesarkan anak-anak sampai berhasil, menjadi kekhawatiran saya jika harus meninggal cepat akibat rokok. Oleh sebab itulah, kesadaran ini terus ditingkatkan untuk bisa berhenti merokok.
Karena bagaimanapun ketika kesehatan Anda tergerogoti karena rokok berarti Anda telah menyusahkan orang-orang yang Anda sayangi. Dan ketika Anda meninggal—apalagi meninggal muda akibat rokok—maka Anda telah melahirkan penderitaan baru bagi orang-orang yang Anda seharusnya Anda urus dan besarkan hingga menjadi orang sukses.
5. Anak Harus Lebih Baik
Hal yang paling mencengangkan saya alami waktu anak sulung saya baru berusia sekitar 4 tahun. Saat melihat saya merokok, dengan ekspresi muka yang polos, dia berujar; “Pah, enak ya merokok? Aku entar kalau sudah besar mau merokok ah...” ujarnya tanpa beban.
“Waduh, gawat!” batin saya. Bayangkan? Ketika saya sudah memiliki niat berhenti merokok, memiliki tekad yang kuat untuk menjalankan pola hidup yang sehat demi melindungi segenap anggota keluarga dari asap rokok, lha ini bocah malah mau jadi perokok?!
Ya sudah, tanpa buang-buang waktu lagi, saya mengikrarkan diri berhenti merokok. Saya ingin anak saya lebih baik dari saya: tidak terpapar asap rokok. Keinginan anak saya menjadi perokok benar-benar mencetuskan tekad untuk mematikan rokok, membuang rokok yang masih tersisa dari bungkusnya dan melempar asbak jauh-jauh dari rumah. Dan alhamdulillah sudah hampir 15 tahun ini saya mampu menaklukkan asap rokok! Merdeka!!! (Habis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar