Anak Pun Ikutan Teleconference
Dalam upaya menekan tingkat penyebaran Corona Virusdisease 2019 (Covid-19) yang semakin meluas, Pemerintah menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (Work from Home), belajar dari rumah (Study from Home) dan juga beribadah di dalam rumah atau Pray at Home.
Kebijakan ini mengharuskan semua aktivitas itu dilakukan di dalam rumah, kecuali yang sifanya benar-benar penting dan darurat. Oleh sebab itulah selama sekitar satu bulan ini aktivitas kerja, aktivitas belajar maupun aktivitas peribadatan lebih banyak dilakukan di dalam rumah.
Metode belajar dari rumah bagi anak-anak sekolah di Kota Depok, efektif berlaku sejak pertengahan Maret 2020. Setiap anak didik wajib belajar dari rumah. Materi pelajaran dikirim oleh gurunya melalui group WA orang tua murid. Hasil belajar dan tugas-tugas yang sudah dikerjakan pada hari itu harus difoto dan dikirimkan via WA kepada gurunya pada hari itu juga. Untuk membuktikan bahwa anak sudah benar-benar belajar—meskipun bisa juga dikerjakan oleh kakak atau orang tuanya.
Namun, setelah sebulan belajar di rumah, anak-anak sekolah mulai merasa bosan. Jenuh. Aktivitas belajar yang biasanya diisi dengan aktivitas bermain bersama teman-temannya di sekolah kini tidak bisa dilakukan lagi. Karena itulah mereka merasakan kerinduan untuk bisa kembali belajar di sekolah.
“Pih kapan sih aku bisa sekolah lagi?” pertanyaan anak bontot ini paling sulit untuk dijawab sebab tidak ada yang bisa memastikan kapan wabah corona berakhir.
Untuk menentramkan kegundahan hati sang anak, biasanya aktivitas di halaman rumah menjadi jawaban. Misalnya bermain bola atau bersepeda di samping rumah. Atau yang paling manjur dibawa ke minimarket terdekat—dengan protokol kesehatan yang ketat.
Sadar bahwa anak-anak didiknya sudah mulai jenuh belajar secara mandiri di rumah, sang guru memberikan penawar: memberikan materi belajar secara virtual dengan menggunakan aplikasi teleconference yakni zoom meeting (baca: tanpa endorsement).
Dengan aplikasi teleconference ini, keceriaan anak-anak terbayar. Kerinduan pun hilang. Anak-anak kembali bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temannya meskipun secara virtual.
Enak gak belajar kayak begini? “Enak pih, jadi ketemu lagi sama teman-teman,” kata anak bontot, girang.
“Kamu enak, tapi apih enek karena kalau keseringan kuota bisa cepet habis,” batin bapaknya.
Sekian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar