DR. H. Mujib Rochmat, MH:
“Menginspirasi
Warga Jateng Dengan Keunggulan Unicorn”
DR. H. Mujib Rochmat, MH berdiri di
atas mimbar. Dia, selaku Anggota Badan Pengakajian MPR RI, berkesempatan
memberikan paparan tentang Empat Pilar Kebangsaan di Kampus Universitas Islam
Sultan Agun (UNISSULA) Semarang, Jawa Tengah. Ratusan mahasiswa yang hadir
dalam Sosialisasi MPR RI itu mendengarkannya dengan saksama.
Namun
materi yang disampaikan oleh Sekretaris Fraksi Partai Golkar MPR RI ini tidak
melulu soal kebangsaan, melainkan juga perkembangan ekonomi teranyar: lahirnya
empat unicorn alias perusahaan start up yang memiliki nilai valuasi
sekitar 1 Miliar US Dolar dan menjadi raksasa ekonomi di Indonesia. Keempat
unicorn itu adalah Go-Jek, Bukalapak, Traveloka dan Tokopedia.
Kenapa
keempat unicorn itu dijadikan materi
sosialisasi? Menurut Mujib, tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini
bukan lagi perang konvensional seperti zaman Belanda dan Jepang, melainkan
perubahan lanskap kehidupan menjadi serba digital dan online. Dan keempat
unicorn ini mampu berkompetisi dalam perubahan dunia itu dengan membawa
identitas Indonesia.
Lantas,
apa saja yang bisa dibanggakan oleh unicorn
besutan anak Indonesia itu? Kata Mudjib, keempat unicorn asal Indonesia ini tidak saja telah mengharumkan nama
Indonesia di dunia—setidaknya di kawasan Asia—tetapi yang lebih orisinal lagi
adalah dua pendiri atau founder dari
keempat unicorn itu berasal dari Jawa
Tengah.
“Kita
harus bangga menjadi orang Jawa Tengah sebab pendiri Go-Jek dan Bukalapak itu asalnya
dari Jawa Tengah,” ujarnya sembari menunjuk ayah pendiri Go-Jek Nadiem Makarim
berasal dari Pekalongan dan pendiri Bukalapak Achmad Zaky berasal dari Sragen.
“Lha kalau mereka bisa mendirikan unicorn seharusnya kalian juga bisa,”
kata Mujib memprovokasi mahasiswa yang hadir.
Lebih
dari itu, demikian Mujib menambahkan, Nadiem Makarim juga kini dipercaya
menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. “Ini tentu
sangat menginspirasi para milenial karena dia merupakan menteri termuda alias
sudah menjadi menteri di usia 35 tahun, bahkan mengomandoi kementerian
pendidikan yang selama ini dijabat oleh professor senior,” katanya.
Oleh
sebab itulah, Mujib mengajak kalangan mahasiswa untuk mencontoh atau meneladani
keberhasilan yang telah dirintis Nadiem baik dalam bidang bisnis maupun
kariernya sebagai pejabat public yang sangat bergengsi. “Kuncinya memang kita
harus bisa menerapkan pendidikan berbasis kompetensi dan karakter,” ujarnya.
Mujib
mencontohkan, perkembangan ekonomi kreatif—termasuk ekonomi digital di
dalamnya—harus mampu dimanfaatkan oleh lulusan perguruan tinggi, khususnya
mereka yang kuliah di jurusan ekonomi. “Kalau saat ini ada jurusan ekonomi
perbankan, ekonomi syariah dan lain-lain, seharusnya ada juga jurusan ekonomi
kreatif,” ujarnya.
Meski
begitu, dia mengakui, staf pengajar atau dosen yang memiliki kompetensi di
bidang ekonomi kreatif masih bisa dihitung dengan jari. “Tetapi yang penting
kita tidak boleh menyerah, kalau dosen yang memiliki kompetensi di bidang
ekonomi kreatif tidak ada, ya sudah kita datangkan saja dari luar,” katanya.
Mujib
menambahkan, apa yang diajarkan di bangku kuliah sejatinya harus sesuai dengan
kebutuhan di lapangan kerja. Jika kebutuhan terhadap sarjana lulusan ekonomi kreatif
meningkat, sudah seharusnya dipenuhi oleh perguruan tinggi. “Oleh karena itulah
ketika ekonomi kreatif tumbuh begitu pesat demand-nya
maka seharusnya perguruan tinggi bisa supply
SDM di bidang itu,” ujarnya.
Dalam
konteks ini, Mujib yang menjabat sebagai Anggota Komisi X DPR RI mengaku sangat
mendorong perkembangan industri ekonomi kreatif. Dia contohkan pembangunan
kawasan Danau Rawapening, Jawa Tengah, yang memiliki total 1,7juta Hektare
lahan, dia paksakan agar dibagi menjadi kawasan nelayan, kawasan wisata dan
juga kawasan krajinan tangan berbasiskan tanaman eceng gondok.
“Jadi
dalam konteks mengembangkan ekonomi kreatif itu harus ada keberpihakan dari
Pemerintah agar mereka tetap diberi ruang untuk berkreasi. Lha kalau Rawapening
habis dipakai oleh nelayan mencari ikan atau tempat wisata, bisa habis itu para
pengrajin tangan yang bahan bakunya dari eceng gondok yang tumbuh di Danau
Rawapening,” ujarnya.
Lebih
dari itu, Mudjib yang juga mentan Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan ini
menegaskan bahwa Komisi X DPR RI telah menyiapkan Undang-undang tentang Ekonomi
Kreatif. Undang-undang inilah yang akan menjadi dasar untuk membangun dan
mengembangkan ekonomi kreatif di Tanah Air. “Intinya ekonomi kreatif itu sangat
potensial, sebab saat ini sektor pariwisata menempati peringkat ketiga
penghasil devisa setelah minyak dan sawit,” ujarnya.
Lima Kali Dilantik
Lahir
di Semarang 21 November 1960, Mujib Rochmat bukanlah politisi pendatang baru di
Senayan. Tercatat sejak 1997 suami dari Dra. Hj. Siti Marhamah, MA ini sudah
lima kali dilantik menjadi Anggota DPR/MPR RI, yakni pada 1997; 1999; 2004;
2014 dan 2019. “Ya lumayanlah sudah cukup lama juga saya di DPR,” kata ayah
dari Rizqa Rozaqtania dan Ayu Fitria Rahmawati ini.
Tentu
apa yang sudah dicapainya sebagai Anggota DPR RI tidak datang begitu saja. Dia
memberikan perhatian yang focus dan jelas ke Dapilnya, Jawa Tengah 1 meliputi
Kabupaten Semarang; Kabupaten Kendal; Kota Salatiga dan Kota Semarang.
Untuk
Kabupaten Kendal misalnya, Mujib sudah berbicara dengan Bupatinya untuk
mengembangkan Kendal sebagai kota wisata. Alasan dia, untuk menyedot wisatawan
datang ke Kendal diperlukan branding.
Dan Kendal memenuhi kriteria sebagai Kota Wisata karena memiliki potensi yang
cukup besar.
Mengaku
mempelajari branding kota-kota lainnya yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya di Komisi X, Mujib mengusulkan Kendal sebagai Kota Wisata karena
memiliki potensi untuk itu, seperti potensi sebagai wisata bahari (dekat
pentai), wisata religi (banyak pesantren) dan juga wisata agrobisnis karena
memiliki sentra produksi buah-buahan. “Inilah yang ingin saya wujudkan di Dapil
saya,” katanya.
Tidak
heran jika Mujib berkali-kali menjadi Anggota DPR RI karena dia sangat fasih
berbicara tentang pengembangan potensi di dapilnya. Dalam konteks pengembangan
wisata, dia kembali menekankan bahwa di Ungaran akan dibangun water park yang
tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Jatim Park.
“Memang
masih ada pekerjaan dalam konteks pelepasan tanah dari PTPN. Tapi PTPN ini kan
pemerintah, terus pengelola Water Park ini juga pemerintah, ya apa sulitnya
ibarat memindahkan uang dari saku kiri ke kanan,” katanya sembari mengatakan
bahwa dirinya sudah meminta Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk berbicara kepada
Presiden Jokowi.
Dia
mengakui bahwa potensi wisata di Jawa Tengah sangat besar, terlebih dengan
adanya warisan budaya masa lalu atau heritage seperti Candi Borobudur.
Keberadaan Borobudur di Jawa Tengah akan selalu menarik wisatawan dari dalam
dan luar negeri karena merupakan “satu keajaiban dunia.”
Namun,
Mujib mengingatkan, Borobudur ini harus dikelola dengan tepat. Artinya
Borobudur ini harus dipastikan apakah akan jadi wisata ramai atau wisata sunyi.
Konsekuensinya, jika dijadikan wisata ramai maka akan mendatangkan devisa yang
banyak tetapi ada risiko candi rusak atau amblas jika dinaiki oleh banyak
orang. Sementara jika dijadikan wisata sunyi, tentu dari sisi devisa kecil
tetapi keamanan dan keaslian candi akan tetap terjaga. “Ini yang harus dicermati
oleh pemerintah daerah,” katanya.
Selain
cukup lama menjabat di DPR RI, fokus perhatian Mujib memang senantiasa di
Komisi X bahkan pernah menjadi Wakil Ketua Komisi X. Bidang tugas Komisi X
adalah Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda, Olahraga
dan Perpustakaan.
Meski
sudah 5 kali dilantik sebagai Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah, Mujib yang
pentolan PMII dan Ansor ini mengakui bahwa potensi Golkar di Jawa Tengah
semakin menurun. Itu dibuktikan dengan menurunnya perolehan kursi Golkar di
kabupaten/kota se-Jawa Tengah sehingga Golkar tereliminasi dari unsur pimpinan.
Oleh
sebab itulah, setelah Munas Golkar bulan Desember 2019 nanti, Mujib ingin
dilakukan restrukturisasi pengurus sekaligus konsolidasi organisasi. Tujuannya
agar menghadapi pilkada serentak tahun depan ada persiapan yang matang dari
Golkar untuk memenangkan kompetisi politik tersebut.
Inspirasi Keluarga
Mujib
Rochmat menyelesaikan pendidikan di SD Kaliwungu, MIM Kaliwungu, MA Lirboyo dan
PTIQ Jakarta, juga mengambil S2 di Jayabaya dan S3 di Unissula Semarang. Dia seolah
ingin memberi inspirasi kepada keluarga dan lingkungannya bahwa pendidikan itu
tidak boleh berakhir. Itu dia buktikan dengan mengambil S3 pada tahun 2015 dan
selesai 2018 lalu.
“Ada
hadits yang mengungapkan bahwa carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang
lahat. Dan itulah yang menginspirasi saya untuk tetap belajar dan mudah-mudahan
juga dapat menginspirasi keluarga saya dan lingkungan terdekat saya,” kata
Mujib yang juga mantan Sekjen DPP KNPI dan Sekjen PP AMPG ini.
Bukan
hanya menginsipirasi agar terus belajar, Mujib juga memiliki prinsip bahwa apa
yang dilakukan hari ini harus lebih baik dari kemarin. Dan itu dibuktikan
dengan deretan nilai dan beasiswa yang dia raih saat belajar di PTIQ. “Saya kan
wong ndeso, kalau saya mau meraih
pendidikan tinggi yang harus dapet beasiswa,” katanya.
Selain
beasiswa, Mujib juga membuktikan bahwa nilai yang diperoleh pada saat meraih
gelar S1 di PTIQ hingga S2 di Universitas Jayabaya dan S3 di Universitas Islam
Sultan Agung selalu menunjukkan grafik meningkat. “Terakhir IPK saya di
Unissula sebesar 3,8. Padahal saya inginnya 4,” kata Mujib setengah menyesal.
Meski
begitu, dia mensyukuri pencapaian dirinya selama ini. Dia yakin, tanpa dukungan
dan doa dari keluarganya tidak mungkin dia mencapai apa yang dicita-citakan banyak orang: menjadi
Anggota Dewan selama beberapa periode. “Saya bersyukur memiliki keluarga yang
senantiasa memberikan dukungan dan perhatian,” demikian Mujib Rochmat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar